Minggu, 23 Maret 2014

Khasiat Pegagan



Khasiat Pegagan, dari penumpas TBC sampai peningkat daya ingat
Batal Mati Bosan Berkat Pegagan
Oleh Kompas Cyber Media
Sumber : http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=305#
Penulis : Dra. Lucie Widowati, M.Si.Apt; peneliti pada Puslitbang Farmasi & Obat Tradisional, Jakarta.
Seorang teman bercerita, betapa frustrasinya ia menumpas tuberkulosis (TB) paru-paru. Digempur pakai obat-obatan medis, si penyakit tetap saja eksis. Ia juga panik, karena katanya, bakteri TB bisa kebal terhadap gempuran obat yg diracik apotik. Untunglah, saat nyaris frustrasi, ia “menemukan” pegagan & kawan-kawan.

Menjalani “takdir” sebagai penderita TB paru-paru memang tak gampang. Jika tidak ulet, alih-alih sembuh, pasien bisa mati bosan. Maklum, proses penyembuhan TB, selain cukup sulit, juga makan waktu lama, berkisar 3 – 6 bulan. Itu pun dgn catatan, pasien berdisiplin minum obat & rajin memeriksakan diri ke dokter.

Lamanya pengobatan itulah – apalagi jika disertai kendala biaya – yg kerap menyebabkan pasien frustrasi. Ya frustrasi minum obat, ya bosan menanggung derita. Padahal, disiplin minum obat menjadi faktor penentu dalam proses penyembuhan. Pengobatan yg tidak tuntas dapat menyebabkan bakteri TB resisten terhadap beragam obat konvensional, termasuk obat kombinasi.

Dengan kata lain, pasien TB sebenarnya dilarang keras menoleransi kata bosan, apalagi sampai putus asa. Itu sebabnya, buat teman tadi, perjumpaan dgn pegagan & kawan sejawatnya menjadi sangat berarti. Paling tidak, ia merasa tak “sendiri” lagi menghadapi tuberkulosis. Ketika banyak sanak saudara & handai taulan menjauh lantaran takut tertular, pegagan & kawan-kawan menjadi teman paling setia.
Yang paling penting, harga mereka murah & tak membuat kantung cekak jika dikonsumsi dalam kurun waktu lama.

Mematikan & bikin bosan
Tuberkulosis pertama kali diketahui keberadaannya tahun 1882 oleh ahli bakteri Jerman, Robert Koch. TB tergolong penyakit menahun nan mematikan.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (KRT, 1995), sebagai penyebab kematian secara umum, TB menduduki peringkat ketiga setelah penyakit kardiovaskuler & infeksi saluran napas. Namun, khusus di kelas penyakit infeksi, ia ada di posisi nomor satu.
TB umumnya dipicu oleh perumahan yg kurang sehat, terutama di tempat yg memiliki tingkat hunian sangat padat. Bisa juga lantaran makanan yg disantap kurang bergizi, serta kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan. TB ditandai oleh hadirnya bakteri tahan asam bernama mikobakteria tuberkulosis yg memiliki sifat rada beda dari kuman lain pada paru-paru.
Sifat-sifat berbeda itu di antaranya cepat mati bila terkena sinar Matahari, cepat mati jika berada dalam air mendidih, & akan mati setelah 24 jam terkena cairan karbol 5%. Namun sebaliknya, basil tuberkulosis dapat hidup berminggu-minggu dalam ludah, di tempat yg sejuk, & berbulan-bulan di tempat yg gelap. Ia juga dapat dgn mudah menular lewat hidung atau mulut.
Penderita TB paru-paru, seperti yg terjadi pada teman tadi, merasa badannya lemah & nafsu makan berkurang. Timbul batuk yg kadang disertai darah (awalnya cuma sedikit), muka pucat & berat badan terus berkurang, serta suhu badan naik terutama pada petang & malam hari. Selain itu, pada malam hari penderita sering mengeluarkan keringat, kadang suaranya berubah menjadi parau atau serak.
Dengan suara parau, teman tadi terus bercerita, termasuk pertemuannya dgn seorang kawan lain yg membawa pencerahan. Kata teman sang teman, mengandalkan obat-obat medis memang tidak salah, tapi melengkapinya dgn meminum air rebusan tumbuhan berkhasiat layak dicoba. “Kalau Tuhan mengizinkan, bisa sembuh lebih cepat,” jelasnya.
Sejak itu, asa teman tadi tumbuh kembali. Ia mencoba mencari tahu, beragam tanaman obat yg telah diteliti oleh berbagai institusi penelitian maupun perguruan tinggi di Indonesia. Ia mendapati, ternyata cukup banyak tanaman obat yg secara empiris telah dikenal masyarakat. Beberapa tumbuhan yg sempat tercatat, antara lain pegagan, singawalang, bunga tembelekan, & bumbu tali.
Menghambat & menghancurkan
Pegagan atau nama kerennya Centella asiatica itu tumbuhan liar yg ada di dataran rendah, sampai sekitar 2.500 m di atas permukaan air laut.
Secara empiris, biasa digunakan sebagai tonik, antiinfeksi, antirematik, penenang, mempercepat penyembuhan luka, & diuretik. Berbagai penelitian telah dilakukan guna mendukung manfaat empirisnya.
Misalnya, penelitian yg merujuk pegagan sebagai antiinflamasi, antioksidan, antitumor, atau untuk meningkatkan daya ingat (susunan saraf pusat), eksem (luka terbuka), & hepatitis. Hal itu berkaitan dgn kandungan senyawa yg dimiliki pegagan, yaitu asiaticiside, thankuniside, medecassoside, brahmoside, brahminoside, madastic acid, vitamin B1, B2, & B6.
Penduduk asli India & Malaysia konon suka menanam & menyimpan pegagan dalam bentuk ready stock, agar siap digunakan sewaktu-waktu. Oleh warga dua bangsa itu pegagan lazim disimpan dalam bentuk kering untuk mengobati beragam penyakit. Terkadang mereka juga membuat jus daun segar, yg diminum untuk menghilangkan pusing ringan.
Dari berbagai penelitian in vitro terhadap pegagan menemukan kemampuannya menghancurkan berbagai bakteri penyebab infeksi, seperti Staphylococcus aureus, Escherechia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, & sejenisnya. Sementara dalam bentuk infus atau ekstrak etanol, tumbuhan ini dipercaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Laorpuksa A. & kawan-kawan dalam penelitian pada 1988 membuktikan, estrak air pegagan dapat melawan bakteri yg menyebabkan infeksi pada saluran napas. Sementara Herbert D. & kawan-kawan dari Tuberculosis Research Center di India mencoba efek pegagan pada bakteri tuberkulosis H37Rv secara in vitro. Hasilnya, pegagan tidak langsung berefek pada bakteri tuberkulosis. Namun, Herbert menyarankan penelitian lebih lanjut terhadap senyawa aktif asiaticoside.
Feeling Herbert terbukti benar. Berdasarkan penelitian lanjutan, senyawa aktif pegagan itu ternyata dapat melawan Mycobakterium tuberculosis & Bacillus leprae (Oliver-Bever, 1986). Penelitian berikutnya yg dilakukan Walter H. Lewis juga menyatakan, pegagan termasuk kelompok tanaman yg menghasilkan zat seperti antibiotika & asiaticoside.
Keampuhan pegagan juga telah diuji coba oleh Boeteau P. & kawan-kawan, yg menginokulasi binatang percobaan marmut dgn bakteri basilus tuberkulosis selama 15 hari. Injeksi 0,5 ml 4% asiaticoside yg diberikan pada marmut, terbukti dapat mengurangi jumlah lesi tuberkular di paru-paru, hati, & limpa. Senyawa asiaticoside membuat pegagan tak hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri tuberkulosis, tapi juga berpotensi sebagai imunomodulator – peningkat daya tahan tubuh.
Secara empiris, pemanfaatan pegagan untuk membasmi tuberkulosis paru-paru dapat dilakukan dgn berpedoman pada resep berikut. Cuci 30 – 60 g pegagan segar, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas, & diminum 3 kali sehari. Untuk TB kulit, lumatkan pegagan, kemudian tempelkan pada bagian yg sakit. Kajian etnobotani di Bogor.
Masih ada sejawat pegagan yg bermanfaat serupa. Singawalang (Pertiveria alliacea), menurut R. Indra Pandu Gunawan, yg melakukan kajian etnobotani di salah satu kampung di Bogor, Jawa Barat, juga dapat digunakan untuk mengobati tuberkulosis. Kesimpulan itu diambilnya setelah masyarakat di kampung yg diteliti itu sukses menggunakan singawalang untuk mengobati batuk darah akibat TB.
Weniger B. pada 1988 pun menyatakan, masyarakat Haiti, Republik Dominika, telah sejak lama memanfaatkan tanaman ini untuk mengobati radang paru-paru. Singawalang sendiri merupakan tanaman berbentuk semak, tingginya bisa mencapai 1 m. Secara empiris, singawalang sering digunakan untuk peluruh kencing, peluruh dahak, peluruh keringat, & pereda kekejangan.
Penelitian in vitro memang menunjukkan, singawalang mampu melawan bakteri Staphylococcus aureus & Pseudomonas aeruginosa. Namun, penelitian langsung pada bakteri tuberkulosis belum dilakukan. Dosis pemanfaatan singawalang: 5 lembar daun yg telah dicuci bersih ditumbuk sampai halus. Hasil tumbukan diseduh dgn air panas, dibubuhi garam & gula merah secukupnya. Aduk sampai larut, saring & minum setelah dingin. Frekuensi meminumnya dua kali sehari.
Masih ada lagi yg namanya bunga tembelekan (Lantana camara). Tumbuhan ini dapat hidup secara liar atau ditanam sebagai tanaman hias & tanaman pagar. Perdu setinggi 0,5 – 4 m & berbau ini secara empiris berkhasiat meredakan demam, penawar racun, penghilang nyeri, & penghenti perdarahan. Ia tumbuh di dataran rendah sampai 1.700 m di atas permukaan laut.
Untuk melawan tuberkulosis paru-paru dgn batuk darah, digunakan bunga tembelekan kering sebanyak 6 – 10 g, direbus dalam 3 gelas air bersih sampai air rebusannya tersisa separuh. Setelah dingin, air rebusan itu disaring, dibagi untuk 3 kali minum (pagi hari, siang, & sore) masing-masing setengah gelas.
Jangan lupakan juga tanaman bambu tali (Asparagus cochinchinensis). Tumbuhan asal Cina, Jepang, & Korea itu tingginya dapat mencapai 1,5 m. Daunnya berwarna hijau, berbentuk helai panjang, runcing, & halus. Bagian yg digunakan untuk obat adalah umbinya. Untuk mengatasi penyakit tuberkulosis yg disertai batuk darah, digunakan 6 – 12 g umbi kering bambu tali, direbus dalam 1,5 gelas air. Air rebusannya diminum dalam keadaan hangat dua kali sehari, sampai penyakit sembuh.
Obat “hati”
Kalau mau digali lagi, sebenarnya masih banyak tumbuhan – berdasarkan pengalaman empiris nenek moyang – dipercaya dapat digunakan untuk memerangi TB.
Salah satunya daun legundi (Vitex negundo L). Untuk menggunakannya, 3/5 genggam daunnya dicuci, lalu direbus dgn air bersih sebanyak 3 gelas makan, sampai air rebusannya tinggal 3/4 gelas saja. Sesudah dingin, disaring lalu diminum dgn madu seperlunya. Frekuensi minumnya 3 kali sehari.
Ada lagi serbuk biji pronojiwo (Euhrseta horfieldii Benn). Untuk pengobatan diperlukan 3/4 sendok teh serbuk biji pronojiwo, diseduh dgn air panas sebayak 1/2 cangkir & madu 1 sendok makan. Dalam keadaan suam-suam kuku, ramuan diminum 3 kali sehari. Atau bunga kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L). Ramuannya, 3 kuntum bunga kembang sepatu dicuci bersih, lalu digiling halus, diberi air masak 1/2 cangkir & madu 1 sendok makan, kemudian diperas & disaring. Ramuan diminum tiga kali sehari.
Bisa juga dicoba bidara upas (Merremia mammosa). Ambilah 1/3 jari bidara, dicuci bersih lalu diparut, diberi air masak 1 sendok makan & madu 2 sendok teh, diperas & disaring. Obat alami ini diminum tiga kali sehari.
Terakhir, daun gandapura (Gaultheria fragrantissima). Diperlukan 1 sendok makan serbuk kering daun gandapura. Bahan itu diseduh dgn air panas 3/4 cangkir & madu 1 sendok makan. Seduhan diminum dalam keadaan suam-suam kuku. Frekuensinya 3 kali sehari.
Melihat begitu banyaknya alternatif, teman saya jelas makin girang. Kini ia tidak hanya lebih optimistis menyikapi hidup, tapi juga lebih telaten merawat tanaman-tanamannya, terutama tanaman pegagan & kawan-kawan. Buat sang teman, mereka bukan hanya andalan baru untuk mengusir TB paru-paru, tapi juga mengisi sepi & mengusir frustrasi.

Catatan :
Satu Tanaman Lain Sebutan Pegagan dikenal juga sebagai daun kaki kuda (Jakarta), antanan gede (Sunda), kori-kori (Halmahera), kolotidi menora (Ternate), gagan-gagan, gangagan, kerok batok, pantegowang, panigowang, rendeng (Jawa).
Nama lain bunga tembelekan adalah bunga pagar atau kayu Singapura. Di Sunda kerap disebut kembang satek, saliyara, tai ayam atau tai kotok. Sedangkan di Jawa kadang disebut oblo, puyengan, pecengan, atau waung.
Bambu tali atau bambu apus suka juga disebut awi tali (Sunda), deling apus, deling tangsul, jajang pring (Jawa) atau tiing tali, tiing tlantan (Bali). Tumbuhan lainnya, legundi, punya nama alias gendarasi (Palembang) atau langgundi (Minangkabau). Sedangkan bidara upas kerap disebut blanar (Jawa) atau hailale (Ambon).
http://herbaljaksel.multiply.com/reviews/item/3?&show_interstitial=1&u=%2Freviews%2Fitem

Berbagai macam produk herbal Pegagan bisa anda dapatkan di link berikut ini :
1. Kapsul Ekstrak Pegagan Tazakka
2. Kapsul Pegagan Dr. Liza
3. Kapsul Pegagan Griya An-Nur
4. Ekstrak Pegagan Dr. Liza
5. Teh Celup Herbal Pegagan Tazakka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar