Sabtu, 22 Maret 2014

Khasiat mahkota dewa


Dunia tanaman obat kini kedatangan pendatang baru yg lumayan hebat. Mahkota dewa namanya. Ia bisa membuat penderita penyakit ringan macam gatal-gatal, pegal-pegal, atau flu, hingga penyakit berat seperti kanker & diabetes,merasakan kesembuhan.
Mengetahui khasiat tumbuhan satu ini, mungkin Anda segera berminat menanamnya. Betapa tidak. Tanaman ini ternyata punya khasiat luar biasa. Ia bisa menyembuhkan gangguan kesehatan dari yg ecek-ecek hingga yg nyaris tak ada harapan sembuh. Kalau cuma pegal-pegal, sehari dua hari bakal hilang. Flu? Wah, itu tugas yg juga bisa dibereskan dalam sehari dua hari. Diabetes pun bakal takluk dalam beberapa bulan.
Bagaimana dgn kanker? Meski butuh waktu bulanan, tanaman ini pun sanggup melawannya sampai titik darah penghabisan. Paling tidak itu berdasarkan pengalaman empiris banyak orang, termasuk yg merasa sembuh dari penyakit pada organ hati atau jantung, hipertensi, rematik, serta asam urat.
Untuk mengolahnya jadi obat pun sangat gampang. Cuma dgn menyeduh teh racik terbuat dari kulit & daging buah, cangkang buah, atau daunnya, bahan obat alami ini pun siap dipakai. Kalau enggak menghendaki rasa pahitnya, kita bisa sedikit bersusah payah mengolahnya menjadi ramuan instan. Rasanya ditanggung lebih sedap tanpa mengurangi khasiat.
Itulah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Tanaman yg kabarnya berasal dari daratan Papua ini di Jawa Tengah & Yogyakarta dijuluki makuto dewo, makuto rojo, atau makuto ratu. Orang Banten menyebutnya raja obat, karena khasiatnya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Sementara, orang-orang dari etnik Cina menamainya pau yg artinya obat pusaka.
Dari alergi hingga kanker
Sebagian orang mungkin pernah sekadar melihatnya, sebagian lagi mendengar namanya pun tidak pernah. Wajar bila selama ini sangat sedikit orang tahu mahkota dewa. Apalagi khasiatnya. Bahkan, di banyak lembaga penelitian yg menangani tumbuhan berkhasiat obat belum ditemukan hasil penelitiannya. Sampai saat ini, setidaknya baru dr. Regina Sumastuti dari Jurusan Farmakologi, Universitas Gadjah Mada yg telah menelitinya. Itu pun masih terbatas pada pengujian terhadap efek antihistamin atau antialergi. Padahal, kalangan keraton Solo & Yogyakarta telah lama mengenalnya & memanfaatkannya sebagai tanaman obat. Beruntung, lama-lama manfaat luar biasa ini bocor ke kalangan awam.
Sekarang, tanaman ini seakan turun dari langit sebagai dewa penyelamat orang sakit. Berbagai kesaksian dikemukakan mereka yg telah merasakan khasiatnya. Dalam buku Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa karya Ning Harmanto, ketua Kerukunan Wanita Tani Bunga Lily, yg menekuni pengobatan dgn mahkota dewa, ada 26 orang yg mengakui keampuhannya atau ditulis berhasil sembuh dari sakitnya berkat mahkota dewa.
Di antara mereka adalah Tuti Ariestyani Winata, yg setelah menjalani operasi pengangkatan kista di rahim, mengalami kemunduran kondisi tubuh. Badannya kurus, perutnya membuncit seperti sedang hamil tua, jari-jari kakinya menggemuk, tekanan darahnya naik-turun, & Hb-nya sangat rendah.
Beberapa dokter yg dikunjunginya memberikan diagnosis berbeda. Ada yg mendiagnosisnya menderita kanker hati, sirosis hati, & ada pula yg menyatakan dia menderita hepatitis kronis. Tak kunjung memperoleh kepastian penyakit yg dideritanya, atas saran Ning, Tuti akhirnya mengonsumsi air rebusan daging buah mahkota dewa. Setelah enam bulan, Tuti merasa sembuh & kondisi tubuhnya membaik kembali.
Selain Tuti, Diana yg berdomisili di Bekasi menyatakan berhasil sembuh dari penyakit kanker di payudara kanannya setelah menjalani operasi dua kali lagi untuk membersihkan kanker di payudara kirinya. Anna Winata di Bogor & Retno di Bekasi juga merasakan sehat kembali dari sakit kanker rahim berkat mahkota dewa. Ny. Parlan di Balikpapan pun berhasil menormalkan kadar gula darahnya berkat tumbuhan obat ini. Masih banyak lagi contoh keberhasilan yg lain. Sayangnya, yg tidak berhasil tidak pernah terungkap, sehingga tidak bisa diketahui penyakit apa yg tidak mampu dilawan tanaman berbuah merah menyala ini.
Selama ini daun & buah mahkota dewa dimanfaatkan masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa, sebagai obat penyakit kulit, gatal-gatal, & eksim. Penyakit tersebut ditandai dgn gejala gatal-gatal, pertanda adanya alergi terhadap agen tertentu yg mendorong sel-sel tubuh mengeluarkan histamin.
Soal kemampuan melawan penyakit kulit ini Sumastuti sudah membuktikannya. Dari penelitian secara in vitro menggunakan usus halus marmot, diketahui, memang benar daun & buah mahkota dewa mempunyai efek antihistamin. Artinya, tanaman tersebut secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya sebagai obat gatal-gatal akibat gigitan serangga atau ulat bulu, eksim, & penyakit lain akibat alergi.
Penelitian lain masih kita tunggu untuk membuktikan khasiat luar biasa seperti yg dirasakan beberapa orang di atas. Namun, cerita dari mulut ke mulut rupanya sudah membuat orang, terutama yg sakit berat & umumnya hampir putus harapan, percaya. Maka, orang pun mulai beramai-ramai mencari bagian berkhasiat mahkota dewa. Tak sedikit yg mencoba menanamnya di pekarangan rumah. Bahkan, ada yg melihat wabah ini sebagai peluang usaha untuk membudidayakan & mengolahnya menjadi produk ramuan obat tradisional atau jamu dgn berbagai bentuk.
Dijadikan teh
Menanam mahkota dewa memang bukan perkara sulit. Tumbuhan, yg bisa hidup baik pada ketinggian 10 – 1.000 m dpl., ini bisa ditanam dari biji atau hasil cangkokan. Meski penanamannya bisa di dalam pot atau langsung di tanah, pertumbuhannya akan lebih baik bila ditanam di tanah. Tanaman dari biji biasanya sudah berbuah pada umur 10 – 12 bulan. yg berasal dari cangkokan, mestinya berbuah lebih cepat.
Buah inilah bagian yg paling banyak digunakan sebagai obat alami, di samping daun & batang. Dari ketiga bagiannya, yakni kulit & daging buah, cangkang (batok biji), serta biji, yg dimanfaatkan umumnya kulit & daging buah serta cangkangnya. Buah muda berwarna hijau & yg tua berwarna merah cerah.
Khasiat buah muda & tua sama saja, jelas Ning. Sayang, senyawa apa yg terkandung dalam bagian-bagian buah, masih belum terungkap secara detil. Cuma, Hutapea dkk. (1999), seperti dikutip Sumastuti, menyatakan, dalam daun & kulit buah makuto dewo terkandung senyawa saponin & flavonoid, yg masing-masing memiliki efek antialergi & antihistamin.
Ning menulis, dalam keadaan segar, kulit & daging buah muda mahkota dewa terasa sepet-sepet pahit. Sedangkan yg sudah tua sepet-sepet agak manis. Jika dimakan segar akan menimbulkan bengkak di mulut, sariawan, mabuk, bahkan keracunan. Apa penyebabnya, belum diketahui dgn pasti. Karenanya, tidak dianjurkan untuk mengonsumsinya dalam keadaan segar.
Cangkangnya memiliki rasa sepet-sepet pahit, lebih pahit dari kulit & daging buah. Bagian ini juga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi langsung karena dapat mengakibatkan mabuk, pusing, bahkan pingsan. Namun, setelah diolah, bagian ini lebih mujarab ketimbang kulit & daging buah. Ia dapat mengobati penyakit berat macam kanker payudara, kanker rahim, sakit paru-paru, & sirosis hati.
Ada alasan mengapa biji mahkota dewa tidak dikonsumsi. ?Bijinya sangat beracun. Kalau mengunyahnya, kita bisa muntah-muntah & lidah mati rasa,? tambah Ning. Karenanya, bagian ini cuma digunakan sebagai obat luar untuk penyakit kulit.
Sudah tentu untuk menjadikan daging buah atau cangkangnya sebagai obat, perlu pengolahan terlebih dulu. Bisa dijadikan buah kering, teh racik, atau ramuan instan. Namun, yg sering dilakukan adalah dgn menjadikannya teh racik & ramuan instan.
Bagian lain yg bisa dijadikan obat adalah batang & daun. Menurut Ning dalam bukunya, batang mahkota dewa secara empiris bisa mengobati kanker tulang. Sedangkan daunnya bisa menyembuhkan lemah syahwat, disentri, alergi, & tumor. Cara memanfaatkan daun adalah dgn merebus & meminum airnya.
Jangan kaget. Begitu minum ramuan mahkota dewa, kita segera merasakan serangan kantuk. Efek ini normal. Efek lainnya adalah mabuk. Untuk menghilangkan efek ini dianjurkan untuk minum air lebih banyak. Untuk konsumsi selanjutnya, takaran mahkota dewa perlu dikurangi. Jika masih tetap mabuk, sebaiknya untuk sementara hentikan dulu. Di samping efek buruk tadi ternyata masih ada efek baik-nya. Psst … kadang-kadang kaum pria ada yg libidonya meningkat, bisik Ning.
Menurut Ning, dalam proses menyembuhkan penyakit dalam atau penyakit serius macam kanker rahim, setelah pasien mengonsumsi seduhan mahkota dewa badannya bisa merasakan panas-dingin, bahkan kadang kala mengeluarkan gumpalan darah berbau busuk. Ini merupakan proses pembersihan penyakit, tulis Ning.
Penggunaannya bisa dalam bentuk ramuan tunggal bisa pula ramuan campuran. Pencampuran dgn tumbuhan obat lain dimaksudkan untuk memperkuat khasiatnya & menetralisir racun. Juga untuk mengurangi rasa tidak enaknya, tutur Ning, yg mengaku sering melayani resep yg ditulis beberapa dokter.
Upaya penyembuhan menggunakan ramuan mahkota dewa, menurut Ning, tidak bisa cepat membuahkan hasil. Pengobatannya perlu dilakukan beberapa kali. Bahkan untuk penyakit berat yg kronis perlu waktu lama. yg perlu diperhatikan adalah takaran penggunaannya mesti tidak melebihi yg dianjurkan. Kalau takarannya berlebih, pengaruh yg tidak diinginkan bisa muncul.
Mesti diingat, wanita hamil muda dilarang mengonsumsi mahkota dewa. Seperti dikutip Ning, Sumastuti juga telah membuktikan mahkota dewa mampu berperan seperti oxytosin atau sintosinon yg dapat memacu kerja otot rahim sehingga memperlancar proses persalinan. Ini bisa membahayakan kehamilan yg masih muda.
Yang tak kalah penting, pesan Ning, dalam menggunakan ramuan mahkota dewa kita dianjurkan menyugesti atau menyakinkan diri bahwa ramuan ini manjur, berdoa untuk kesembuhan kita, & tetap mengunjungi dokter untuk mengetahui perkembangan kesehatan kita.@ (I Gede Agung Yudana)
http://larasnuraliyah.blogspot.com/2011/01/khasiat-mahkota-dewa-pada-hepatitis.html

Berbagai macam produk herbal Mahkota Dewa bisa anda dapatkan di link berikut ini :
1. Kapsul Mahkota Dewa dr. Liza
2. Kapsul Ekstrak Mahkota Dewa Tazakka
3. Teh Mahkota Dewa Salama Nusantara
4. Teh Seduh Mahkota Dewa plus Green Tea Dr. Liza

Tidak ada komentar:

Posting Komentar